Ilustrasi: Propaganda Department/DRIBBBLE
Pengantar
ARTIKEL ini ditulis oleh kader Partai Komunis Britania Raya (Communist Party of Great Britain), Mike Macnair. Ia membahas asal-usul Program Erfurt yang menjadi fondasi politik gerakan sosialis seluruh dunia.
Sebelum adanya Program, gerakan sosialis modern yang pada waktu itu banyak berkembang di Eropa tidak memiliki metode perjuangan politik yang sistematis. Pengakuan bahwa negara harus diambil alih sudah diakui banyak eksponen sosialis seperti Marx dan Engels di Internasional pertama, namun tak ada kejelasan ihwal bagaimana upaya itu harus atau dapat dilakukan.
Program Erfurt dapat dipandang sebagai jawaban nyata atas keterbatasan gerakan-gerakan sosialis itu. Program ini secara eksplisit menyatakan perlunya perjuangan dalam sistem politik yang ada (parlementarianisme) menggunakan partai politik, sebagai prasyarat penting untuk memajukan sosialisme sebagai agenda politik negara. Selain itu, Program Erfurt memperkenalkan secara terstruktur program-program sosialis dalam kerangka maksimal-minimal sehingga membuat perjuangan sosialisme dapat mengukur capaiannya secara nyata. Dengan kata lain, Program Erfurt memodernisasi gerakan sosialis sebagaimana yang diwacanakan oleh Marx dan Engels: sebagai gerakan sosialis yang sepenuhnya ilmiah.
Mcnair juga mengungkap secara implisit evolusi gerakan sosialis yang menjadi latar belakang dari kemunculan Program Erfurt. Alih-alih ajeg, Mcnair menunjukkan secara faktual-historis lika-liku di dalam gerakan sosialis yang impikasinya adalah refleksi terhadap apa yang sebenarnya kita maksud sebagai gerakan sosialis itu sendiri. Mcnair menunjukkan bahwa gerakan sosialis pada mulanya beroperasi layaknya sekte: berorganisasi namun tanpa keterkaitan organik apa pun dengan kelas pekerja. Setelah mengubah bentuk perjuangan menjadi partai pun gerakan tersebut tak mendapatkan dukungan kuat dari massa kelas pekerja.
Titik balik gerakan sosialis terjadi ketika elemen-elemen di dalamnya mengupayakan persatuan politik. Persatuan ini kemudian menciptakan efek bola salju. Kelas pekerja mulai mengakui kredibilitas organisasi atau partai sosialis sebagai perwakilan utama kepentingan mereka.
Sebagaimana dikemukakan oleh Mcnair, “Kelas pekerja memiliki minat besar dalam tindakan bersatu terlepas dari perbedaan politik. Tanpa kerangka kerja untuk tindakan bersatu di antara orang-orang yang memiliki perbedaan politik, Anda tidak dapat mengorganisir mogok, membentuk serikat pekerja, atau koperasi. Kelas pekerja secara objektif membutuhkan persatuan. Karenanya, sejauh melawan persatuan demi kemurnian, kaum kiri membawa kita kembali ke masa sebelum Chartisme… Kita terpaksa memberikan semua kecenderungan yang bersaing, nama-nama pemimpin teoretis mereka.”
Gagasan yang ditawarkan Mcnair tentu sangat relevan oleh kondisi kita di Indonesia sekarang. Salah satu pertanyaan penting di sini adalah bagaimana mengatasi masalah fragmentasi akut di antara organisasi sosialis itu sendiri. Melalui artikel ini, kita dapat memahami bahwa fragmentasi adalah kondisi alamiah dari gerakan sosialis. Yang membuat gerakan kita kredibel dan dapat dipercaya oleh konstituen utama, kelas pekerja, adalah ketika elemen-elemennya mampu mengupayakan persatuan politik praktis melalui promosi program-program politik sosialis.
Artikel ini memberikan kita cerita sekaligus petunjuk bagaimana proses persatuan tersebut diupayakan oleh elemen sosialis. Kita di Indonesia, yang masih mempercayai jalan sosialisme, perlu secara saksama mempelajari dinamika sejarah gerakan sosialis sebagaimana yang disampaikan oleh artikel Mcnair ini.
PROGRAM Erfurt diadopsi tahun 1891 oleh Partai Sosial Demokrat Jerman. Program ini terkenal (atau terkenal buruk, tergantung sudut pandang Anda) dengan pembagiannya menjadi bagian maksimum (tujuan akhir) dan bagian minimum (tuntutan segera). Namun artikel ini bukan tentang asal-usul dan detail dari Program Erfurt. Artikel ini adalah tentang partai dan program dari sudut pandang yang lebih panjang.
Apa latar belakang dari kaum sosialis yang membangun partai di sekitar program semacam Erfurt?
Kita harus mulai dengan asal-usul partai politik dalam pengertian modern, dan kembali ke tahun 1679-83 di Inggris. Pada saat itu krisis rezim monarki mulai dipulihkan, tetapi muncul oposisi yang mencari semacam pemerintahan konstitusional. Lawan-lawan oposisi menjuluki mereka dengan istilah yang dimaksudkan sebagai penghinaan: “partai”, “Whiggamores” yang berarti ‘pemberontak Presbyterian Skotlandia’, disingkat menjadi “Whigs”. Kaum Whig membalas lawan-lawan mereka, yang menyebut diri pendukung raja dan gereja, dengan julukan “pesta” “Tory”. “Tory” berarti ‘pemberontak Katolik Irlandia’. Jadi, istilah “Whig” dan “Tory” pada awalnya sama-sama cemoohan.
Sebagian besar kaum Whig ditekan sejak 1681 dan kaum Tories mengalami kenaikan sampai 1687. Kaum Tories menolak menerima kebijakan James II tentang umat Katolik yang mengambil posisi di ketentaraan dan Universitas Oxford. Kebijakan-kebijakan ini membuat mereka menjadi oposisi. James II selama jangka waktu yang pendek dan tanpa banyak keberhasilan mencoba menggandeng kaum Whig, tetapi berujung pada 1688 dan “Revolusi Agung”.
Pada saat itu, antara 1688 dan 1714, disebut sebagai periode “kemarahan partai-partai”: pemilihan umum setiap tiga tahun dan banyak dari mereka yang berkontestasi di parlemen. Selama periode ini partai Whig dan Tory menjadi kelompok kampanye dan parlemen yang kurang lebih mapan, dan istilah-istilah itu tidak lagi menjadi sekadar penghinaan.
Bagaimana partai-partai ini diorganisir? Ada kaukus parlemen. Keberadaan partai-partai parlementer sebagai formasi ideologis masih diperdebatkan, tetapi karya sejarah baru-baru ini cenderung menegaskan kembali keberadaan partai-partai parlemen yang memberikan suara bersama en bloc. Ada klub-klub partai London seperti klub Whig Kit-Cat dan Tory October Club pada awal abad ke-18, atau Tory Carlton Club dan Liberal Reform Club pada abad ke-19. Di samping itu, ada pula komunitas serta klub lokal di daerah pemilihan parlemen. Ada keterikatan ideologis yang samar-samar untuk “kebebasan” di kaum Whig, untuk “gereja dan raja” di kaum Tories –tetapi tidak ada platform politik yang tegas.
Jenis organisasi partai yang sangat longgar ini terus melekat di partai-partai Demokrat dan Republik di Amerika Serikat, dan partai Tory masih menunjukkan beberapa fitur dari masa lalu; tetapi secara bertahap digantikan dengan keberadaan partai-partai seperti SPD, yang telah mengorganisir keanggotaan, konferensi, dan platform politik.
Struktur longgar ini bercampur dengan perasaan tentang tidak sahnya partai politik yang berlanjut sampai abad ke-19: bahwa akan lebih baik jika “kelas-kelas politik” (yang berarti kelas berpunya) semuanya disatukan dalam sudut pandang yang seragam. Gagasan bahwa “partai” adalah penghinaan bertahan dalam wacana politik. Artikel yang berharga dan provokatif oleh Chris Cutrone, “Liberalisme Lenin”, di situs web Platypus (yang ditanggapi oleh David Adam di web yang sama) berargumen bahwa gagasan tentang ketidakabsahan perbedaan politik tetap ada dalam gerakan buruh dan bahwa Lenin membantu melegitimasi perbedaan tersebut dengan perpecahan pada tahun 1903.
Dari Sekte ke Partai Pekerja
Gerakan pekerja pada awal abad ke-19 dicirikan oleh dominasi dari apa yang dikenal luas sebagai sekte. Mereka disebut sekte karena biasanya muncul sebagai hasil dari seorang individu yang menulis buku teoretis yang panjang dan menarik sekelompok penganut. Di Inggris ada pengikut Owen berdasarkan ide-ide Robert Owen, pengikut Paine berdasarkan ide-ide Thomas Paine, penganut komunis Spencean berdasarkan ide-ide Thomas Spence, dan sebagainya. Di Prancis ada pengikut Saint-Simon, pengikut Fourier, dan sejak akhir 1840-an pengikut Proudhon, dan sebagainya.
Gagasan baru tentang gerakan politik pekerja didasarkan pada ringkasan pernyataan prinsip yang dimulai tahun 1838, dengan Chartisme dan enam poin Piagam Rakyat (People’s Charter): Pemungutan suara untuk setiap orang di atas usia 21 tahun; pemungutan suara rahasia; tidak ada persyaratan kepemilikan untuk anggota parlemen; bayaran untuk anggota parlemen (sehingga orang miskin bisa menjabat); daerah pemilihan dengan ukuran yang sama; pemilihan tahunan.
Chartisme sebagai gerakan masih menjadi bagian dari tradisi partai politik Inggris seperti Whig dan Tories. Gerakan itu terdiri dari organisasi-organisasi lokal yang terikat secara longgar tetapi disatukan oleh tujuan Piagam.
Karya Engels, Sosialisme: Utopia dan Ilmiah, menawarkan narasi tentang sebuah jalan dari sosialisme utopis, melalui filsafat sejarah Hegel sebagai evolusi manusia, ke materialisme historis yang didasarkan pada analisis ekonomi-politik dan kelas. Karl Kautsky pada 1908 menjadikan narasi ini sebagai gagasan bahwa Marxisme berasal dari penyatuan filsafat Jerman, ekonomi politik Inggris, dan sosialisme Prancis. Lenin, pada gilirannya, mengembangkan gagasan Kautsky ini lebih lanjut dalam tulisannya, “Tiga Sumber dan Tiga Komponen Marxisme”, pada 1913.
Ada kesenjangan yang menyesatkan dalam kedua teks ini, yang disebabkan oleh kepercayaan Kautsky pada tahun 1908 bahwa politik Inggris pada tahun 1830-an sampai 40-an sudah didominasi oleh “kompromi” dan “pragmatisme”. Pengaruh mendasar Chartisme pada ide-ide politik Marx dan Engels telah hilang. Chartisme sudah menjadi cahaya penuntun bagi Marx dan Engels pada tahun 1846, ketika “Komunis Demokrat Jerman di Brussels” memberi selamat kepada Feargus O’Connor ketika terpilih sebagai anggota parlemen Chartis pada Juli 1846.
Menjelang akhir bab 2 Sosialisme: Utopis dan Ilmiah, Engels menulis:
Fakta-fakta sejarah tertentu yang jauh lebih awal telah terjadi, yang menyebabkan perubahan yang menentukan dalam konsepsi sejarah. Pada tahun 1831, kebangkitan pertama kelas pekerja terjadi di Lyons; antara 1838 dan 1842, gerakan kelas pekerja nasional pertama, yaitu kaum Chartis Inggris, mencapai puncaknya.
Selain it, dalam Pendahuluan berbahasa Inggris, 1892, ia menulis:
Selama agitasi reformasi, para pekerja membentuk sayap radikal dari partai reformasi; setelah undang-undang 1832 mengecualikan mereka dari hak pilih, mereka merumuskan tuntutan dalam Piagam Rakyat, dan menjadikan diri mereka sendiri, bertentangan dengan partai borjuis anti-Undang-Undang Jagung yang besar, sebagai sebuah partai independen, kaum Chartis, partai pekerja pertama di zaman modern.
Dari gerakan Chartis, Marx dan Engels memperoleh dua gagasan yang benar-benar mendasar dalam politik mereka. Pertama, bahwa kelas pekerja perlu diorganisir untuk kekuasaan politik dalam bentuk demokrasi radikal. Kedua, gagasan tentang gerakan pekerja yang didasarkan pada pernyataan prinsip yang singkat.
Manifesto Komunis adalah jenis entitas yang berbeda. Dokumen itu menganggap kaum komunis sebagai bagian dari gerakan Chartis yang terorganisir, bukan sebagai partai yang terpisah, bagian yang perannya dibedakan dari partai-partai kelas pekerja lainnya hanya dengan ini:
- Dalam perjuangan nasional kaum proletar di berbagai negeri, mereka menunjukkan dan memajukan kepentingan bersama seluruh proletariat, terlepas dari kebangsaannya.
- Dalam berbagai tahap perkembangan yang harus dilalui oleh perjuangan kelas pekerja melawan kaum borjuis, mereka selalu dan di mana-mana mewakili kepentingan gerakan secara keseluruhan.
Konsepsi ini memiliki arti bahwa Manifesto berisikan gambaran konteks historis di mana gerakan buruh muncul, dan polemik terhadap berbagai bentuk sekte, terhadap sosialisme “feodal” dan “borjuis” dan sebagainya. Meski begitu, menjelang bagian akhir, ada pernyataan umum yang singkat tentang langkah-langkah yang perlu diambil kelas pekerja ketika berkuasa untuk mengubah masyarakat.
Versi lain, yang berisi program politik yang diturunkan dari Piagam plus kebijakan anti-feodal revolusi Prancis, bersama dengan tuntutan sosial dan ekonomi, terdapat dalam Tuntutan-Tuntutan Partai Komunis di Jerman 1848. Berbeda dengan Manifesto tapi seperti Piagam, Tuntutan hanyalah sebuah daftar poin tanpa tujuan menyeluruh.
Pada 1848-49, Inggris menghancurkan Chartisme dengan represi, seperti yang dirinci dalam buku John Saville, 1848: Negara Inggris dan Gerakan Chartis (Cambridge, 1990). Pada saat yang sama atau agak kemudian, revolusi 1848 di Prancis, Jerman, dan sebagainya dikalahkan. Marx dan Engels kembali ke pengasingan, Liga Komunis, organisasi yang didirikan atas dasar Manifesto komunis, hancur secara politik.
Internasional Pertama
Asosiasi Pekerja Internasional atau Internasional Pertama, yang didirikan pada tahun 1864, merupakan proyek yang sangat berbeda. Proyek itu dimulai dengan gerakan politik yang aktual: solidaritas pekerja Inggris dengan utara dalam perang saudara Amerika dan, yang timbul dari solidaritas itu, upaya untuk membangun gerakan solidaritas dengan gerakan nasional Polandia. Atas dasar itulah Internasional Pertama dibentuk.
Internasional Pertama bukanlah partai yang didirikan di atas sebuah platform. Ia adalah organisasi berdasarkan solidaritas praktis langsung di tingkat internasional, tetapi juga pada usulan bahwa organisasi-organisasi kelas pekerja dari semua corak politik harus berkumpul dan berorganisasi dan mendiskusikan apa yang seharusnya menjadi kebijakan kelas pekerja. Itulah yang sebenarnya dilakukan oleh Internasional Pertama.
Organisasi itu terlibat dalam kerja solidaritas yang praktis: dewan umumnya melakukan jauh lebih banyak seruan untuk solidaritas praktis dalam hubungannya dengan pemogokan di berbagai bagian Eropa daripada biro Internasional Kedua atau komite eksekutif internasional Komunis Internasional yang merupakan Internasional Ketiga. Ia juga merupakan organisasi yang membahas apa yang seharusnya menjadi kebijakan kelas pekerja dalam kaitannya dengan tanah, pendidikan, masalah kebangsaan, dan sebagainya.
Internasional Pertama bubar karena diburu setelah Komune Paris. Para pengikut Proudhon di Prancis, yang merupakan komponen besar darinya, dihancurkan oleh eksekusi, pengasingan, dan pemenjaraan. Para pemimpin serikat buruh Inggris ketakutan dengan Komune, tetapi sisi lainnya adalah Undang-Undang Reformasi 1867 dan Undang-Undang Serikat Buruh 1871 yang memungkinkan partai-partai borjuis untuk mengklaim bahwa mereka dapat “melakukan sesuatu untuk kelas pekerja”. Pada saat yang sama, perpecahan terjadi di antara mereka yang memihak Marx dengan para pengikut Bakunin. Para pengikut Bakunin mengajukan penghapusan segera negara dan pengenalan anarki komunal. Perilaku mereka menyebabkan perpecahan karena mereka bersikeras bahwa Internasional harus menjadi sebuah front yang luas, dengan minoritas Bakuninis revolusioner yang diorganisir secara diam-diam di dalamnya.
Jerman
Ada dua proyek lain yang terjadi pada saat yang sama di Jerman. Salah satunya adalah Asosiasi Umum Pekerja Jerman (ADAV) yang awalnya diorganisir oleh Ferdinand Lassalle pada 1863. ADAV bukanlah gerakan Chartis atau partai komunis ala 1848 yang berkomitmen pada demokrasi politik. Ketika didirikan, organisasi itu mengadopsi sebagai platformnya sebuah artikel 40 halaman oleh Lassalle, yakni Surat Terbuka. Terlepas dari panjangnya, dokumen ini mengusulkan gagasan tentang partai pekerja yang independen dari kaum liberal, yang hanya berdasarkan dua tuntutan: hak pilih universal dan koperasi produsen yang didukung negara. Teks lainnya adalah argumen teoretis, terutama tentang “hukum besi upah”.
ADAV mengoperasikan apa yang disebut oleh para pengikut Lassalle sebagai “sentralisme demokratis”. Yang mereka maksudkan dengan ini adalah bahwa kongres memilih seorang pemimpin (“demokratis”–pertama Lassalle, kemudian Schweitzer setelah Lassalle terbunuh dalam sebuah duel), dan pemimpin memiliki kekuatan diktator (“sentralis”) atas organisasi partai–dan begitu pula atas serikat pekerja, yang kemudian didirikan dalam hubungannya dengan organisasi partai. Selain itu, Lassalle, dan setelahnya Schweitzer, dengan senang hati mengatakan bahwa kelas pekerja dapat bersekutu dengan Bismarck dan dengan kaum monarki Prusia untuk melawan kaum liberal, karena kaum liberal mewakili kelas kapitalis, sementara kaum monarki siap memberikan konsesi sosial kepada kelas pekerja.
Proyek kedua adalah apa yang kemudian menjadi partai Eisenach. Ini dimulai dengan Wilhelm Liebknecht yang berusaha mengorganisir oposisi di dalam kelompok Lassallean ADAV di Berlin. Tetapi Bismarck, yang mendengar hal ini, mendeportasi Liebknecht dari Prusia ke Saxony. Liebknecht masuk ke sebuah partai liberal Saxon yang disebut Volkspartei (Partai Rakyat) dan mengorganisir kecenderungan kiri di dalamnya, yang dalam prosesnya berhasil menarik August Bebel. Pada tahun 1869, kecenderungan ini menyatu dengan sempalan dari ADAV, dan membangun Partai Pekerja Sosial Demokrat atau “partai Eisenach”.
Organisasi ini didasarkan pada platform yang jelas, yakni Program Eisenach, yang memiliki enam prinsip umum dan 10 tuntutan spesifik. Prinsip-prinsip umumnya adalah:
- Kondisi sosial dan politik saat ini sangat tidak adil dan karenanya harus diperangi dengan energi yang maksimal.
- Perjuangan untuk pembebasan kelas pekerja bukanlah perjuangan untuk privilese kelas dan hak-hak khusus, tetapi untuk kesetaraan hak dan kewajiban dan untuk penghapusan kekuasaan kelas.
- Ketergantungan ekonomi pekerja pada kapitalis adalah dasar dari segala bentuk perbudakan, dan oleh karena itu Partai Pekerja Sosial Demokrat bertujuan agar setiap pekerja mendapatkan penghasilan penuh dari kerjanya melalui sistem koperasi; bersamaan dengan ini adalah penghapusan metode produksi saat ini (sistem upah).
- Kebebasan politik merupakan prasyarat paling penting untuk pembebasan ekonomi kelas pekerja. Karenanya, persoalan sosial tidak dapat dipisahkan dari persoalan politik; solusinya tergantung pada yang terakhir dan hanya mungkin di negara demokratis.
- Dengan menimbang bahwa pembebasan ekonomi dan politik kelas pekerja hanya mungkin jika perjuangan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip bersama, Partai Pekerja Sosial Demokrat mengadopsi sebuah organisasi terpadu, yang meskipun demikian memungkinkan setiap anggota individual untuk memengaruhi kesejahteraan umum.
- Dengan menimbang bahwa pembebasan kerja bukanlah tugas lokal atau nasional melainkan tugas sosial, yang mencakup seluruh negara dengan masyarakat modern, Partai Pekerja Sosial Demokrat menganggap dirinya, sejauh hukum berserikat mengizinkannya, sebagai cabang dari Asosiasi Pekerja Internasional dan berafiliasi dengan upaya badan tersebut.
Penting untuk memahami dengan jelas bahwa Program Eisenach memiliki sebagian besar kesalahan yang dikritik Marx dalam Program Gotha. Bakunin memang menulis kritik terhadap Program Eisenach, yang sebagiannya ditiru oleh Marx di Kritik atas Program Gotha. Pada saat yang sama, konsep Program Eisenach adalah konsep yang sama dengan Piagam atau Tuntutan Partai Komunis di Jerman. Dalam arti itu, ia adalah penyimpangan dari ide Internasional Pertama tentang asosiasi umum, yang tidak memiliki program spesifik, tetapi memberikan kerangka yang bisa dipakai kelas pekerja untuk mendiskusikan apa seharusnya kebijakannya, dan kembali ke gagasan tentang gerakan politik pekerja yang didasarkan pada platform politik yang jelas dan singkat.
Antara 1869 dan 1875, peristiwa politik yang utama adalah perang Prancis-Prusia. Bebel dan Liebknecht, yang telah terpilih menjadi anggota parlemen konfederasi Jerman utara dari partai Eisenach, menolak (dengan menentang saran Marx dan Engels) memberikan suara untuk kredit bagi upaya perang Prusia. ADAV sebaliknya memberikan dukungan yang jelas terhadap upaya perang Prusia. Keputusan Bebel dan Liebknecht secara retrospektif divalidasi oleh kemenangan militer Prusia, diperkuat fakta bahwa Prusia ternyata adalah negara aneksasionis yang merebut Alsace-Lorraine. Secara retrospektif, keduanya terlihat telah membuat pendirian besar berdasarkan prinsip melawan agresi militer Prusia.
Pada saat bersamaan, para pengelola serikat pekerja di bawah kerangka ADAV semakin menentang sistem, di mana Schweitzer sebagai pemimpin terpilih secara bersamaan menjadi presiden setiap serikat pekerja yang terkait dengan ADAV. Ada juga oposisi terhadap fakta bahwa Schweitzer memiliki hak untuk campur tangan dalam partai-partai lokal, menunjuk pengelola mereka dan bahkan membubarkan mereka. Sebaliknya, kaum Eisenacher menganggap otonomi efektif cabang-cabang, serikat pekerja, dan sebagainya sebagai bagian mendasar dari konsepsi politik mereka–bahwa kelas pekerja membutuhkan demokrasi politik; dan itu termasuk demokrasi dalam gerakannya sendiri juga, dan kesempatan untuk kreativitas di daerah, di cabang dan sebagainya. Semua ini sangat eksplisit dalam Program Eisenach.
Hasil dari perkembangan ini adalah tidak hanya perpecahan lebih lanjut kaum Lassallean dan Eisenacher, tetapi juga tekanan untuk penyatuan kedua organisasi.
Gotha
Kedua organisasi bersatu di Gotha pada tahun 1875 berdasarkan Program Gotha. Karya Marx, Kritik atas Program Gotha, kurang lebih mengatakan bahwa isi non-Marxis dari program ini merupakan hasil dari konsesi Wilhelm Liebknecht dengan kaum Lassallean. Tetapi pada kenyataannya Program Gotha dirancang sepenuhnya oleh Liebknecht.
Program Gotha adalah langkah yang relatif lebih maju dari Program Eisenach, di mana program ini melakukan dua hal. Sekali lagi, ini adalah sebuah dokumen pendek. Dokumen itu dimulai dengan sebuah pernyataan singkat tentang prinsip-prinsip umum (kepada mana sebagian besar kritik Marx ditujukan):
- Kerja adalah sumber dari semua kekayaan dan semua kebudayaan, dan, karena kerja produktif universal hanya mungkin melalui masyarakat, maka produk kolektif kerja merupakan milik masyarakat–yaitu, untuk semua anggotanya. Dengan kewajiban universal untuk bekerja, sesuai dengan keadilan yang setara, masing-masing harus memiliki sesuai dengan kebutuhannya yang wajar.
Dalam masyarakat saat ini, alat-alat kerja dimonopoli oleh kelas kapitalis; perbudakan kelas pekerja, yang merupakan hasil dari ini, adalah penyebab kesengsaraan dan perbudakan dalam segala bentuknya.
Pembebasan kerja menuntut transformasi alat-alat produksi menjadi milik bersama masyarakat dan peraturan terkait dari kerja kolektif dengan pekerjaan umum dan distribusi hasil kerja yang adil.
Emansipasi kerja harus menjadi pekerjaan kelas pekerja, di mana bertentangan dengannya, semua kelas lainnya hanyalah sebuah badan yang reaksioner.
- Berdasarkan prinsip-prinsip ini, Partai Buruh Sosialis Jerman berupaya dengan semua cara legal untuk mewujudkan negara bebas dan masyarakat sosialis, penghancuran hukum besi upah, penggulingan eksploitasi dalam segala bentuknya, dan penghapusan semua ketidaksetaraan sosial dan politik.
Partai Buruh Sosialis Jerman, meskipun terutama bekerja dalam batas-batas nasional, sadar akan karakter internasional dari gerakan buruh dan bertekad untuk memenuhi setiap tugas yang dibebankan pada pekerja untuk mewujudkan persaudaraan umat manusia.
Partai Buruh Sosialis Jerman menuntut sebagai langkah untuk solusi dari persoalan sosial, perwujudan, dengan bantuan negara, perusahaan-perusahaan produktif sosialistik yang berada di bawah kendali demokratis rakyat pekerja. Perusahaan-perusahaan produktif ini akan menempatkan industri dan pertanian dalam hubungan sedemikian rupa sehingga darinya akan muncul organisasi sosialis secara keseluruhan.
Kemudian, ada bagian “tuntutan politik” , “sebagai dasar negara”; dan akhirnya, bagian “tuntutan dalam masyarakat saat ini” yang sebagian besar ditujukan pada situasi yang berlaku.
Di sini, dalam arti tertentu, adalah awal dari gagasan memiliki program maksimum dan program minimum. Ada pemisahan antara tujuan keseluruhan, elemen politik dari program, dan tuntutan reformasi sosial yang disesuaikan dengan keadaan yang berlaku. Tujuan keseluruhan menambah elemen inspirasi kepada tuntutan yang segera dalam politik dan ekonomi: gagasan bahwa, meminjam slogan Forum Sosial, “dunia lain adalah mungkin.”
Terlepas dari apa yang dikatakan dalam Kritik atas Program Gotha, penyatuan partai Eisenach dan ADAV menciptakan efek bola salju. Kelompok-kelompok sosialis Jerman tidak begitu besar (sekitar 12 ribu di ADAV dan sekitar 7 ribu kaum Eisenacher), tetapi dalam beberapa tahun, partai yang bersatu itu mencapai ratusan ribu anggota.
Efek bola salju dari penyatuan juga benar dalam kaitannya dengan sejarah Internasional Kedua secara umum. Program Hainfeld 1889 dari demokrasi sosial Austria adalah sebuah program fusi. Partai Sosialis Italia, Bagian Prancis Française de l’Internationale Ouvrière (SFIO), dan Partai Sosial Demokrat dan Buruh Rusia semuanya berasal dari perpaduan sejumlah kelompok yang berbeda. Pembentukan organisasi yang bersatu memungkinkannya untuk maju secara besar-besaran dibandingkan dengan kekuatan terpecah yang ada sebelumnya.
Baru-baru ini, kita telah melihat lagi fenomena ini, meski penyatuan itu terjadi dengan dasar yang kurang berprinsip, di Partai Pekerja Brasil (PT); dalam keterbukaan Rifondazione Comunista ke kekuatan-kekuatan di sebelah kirinya; di Partai Sosialis Skotlandia; di Blok Kiri di Portugal; dalam aliansi Merah-Hijau di Denmark. Penyatuan kekuatan sosialis yang relatif kecil itu sendiri menciptakan dinamika yang berbeda.
Jika kita bertanya pada diri sendiri mengapa demikian, jawabannya sebenarnya sangat jelas. Kelas pekerja sebagai kelas memiliki minat besar dalam tindakan bersatu terlepas dari perbedaan politik. Karena tanpa kerangka kerja untuk tindakan bersatu di antara orang-orang yang memiliki perbedaan politik, Anda tidak dapat mengorganisir mogok, Anda tidak dapat membentuk serikat pekerja, credit union, atau koperasi.
Kelas pekerja secara objektif membutuhkan persatuan. Karenanya, sejauh kiri melawan persatuan demi kemurnian, itu membawa kita kembali ke masa sebelum Chartisme, dan kita dipaksa memberikan semua kecenderungan yang bersaing, nama-nama pemimpin teoritis mereka. Untuk mengambil contoh hanya dari Inggris, kaum Cliffite, Mandelit, Healyite, Matgamnaite, dll–seperti Paineite, Spencean, Owenite, dan sebagainya.
Parti Ouvrier
Langkah selanjutnya setelah Program Gotha adalah Program Parti Ouvrier, Partai Pekerja Prancis.
Pembukaannya yang dirancang oleh Marx hanya menyatakan:
Mempertimbangkan
Bahwa emansipasi kelas produktif adalah mengenai semua manusia tanpa perbedaan jenis kelamin atau ras;
Bahwa para produsen hanya bisa bebas ketika mereka memiliki alat produksi;
Bahwa hanya ada dua bentuk di mana alat-alat produksi dapat menjadi milik mereka:
- Bentuk individual, yang tidak pernah ada dalam keadaan umum dan yang semakin dihilangkan oleh kemajuan industri;
- Bentuk kolektif, yang elemen material dan intelektualnya dibentuk oleh perkembangan masyarakat kapitalis;
Mempertimbangkan
Bahwa pengambilalihan kolektif ini hanya dapat muncul dari tindakan revolusioner kelas produktif–atau proletariat–yang diorganisir dalam partai politik tersendiri;
Bahwa pembangunan organisasi semacam itu harus diupayakan dengan segala cara yang dimiliki proletariat, termasuk hak pilih universal, yang akan diubah dari instrumen penipuan yang berlaku sampai sekarang menjadi instrumen emansipasi…
Pernyataan singkat tentang tujuan umum ini diikuti oleh bagian tuntutan politik, sangat mirip dengan Gotha; dan kumpulan ad hoc tuntutan ekonomi dan sosial yang segera.
Kerangka sistematisasi Program PO, dengan demikian, adalah sama dengan Program Gotha. Bagian pengantarnya jauh lebih umum. Karakternya masih dalam kerangka Piagam. Kelas pekerja membutuhkan kekuasaan politik dan mengupayakan tujuan itu dengan meletakkan tangan kolektif mereka pada alat-alat produksi. Fakta bahwa kelas pekerja bertujuan untuk kekuasaan politik memiliki arti bahwa ia harus benar-benar demokratis dalam orientasi politiknya.
Dalam konteks program inilah, Marx tampaknya (dalam korespondensi kepada Sorge) telah menciptakan frasa “program minimum”, menyatukan bagian politik dan bagian tuntutan langsungnya.
Pada 1888-89, kelompok-kelompok sosial demokrat Austria bersatu berdasarkan Program Hainfeld. Desain dan panjangnya secara umum sama. Hainfeld juga menampilkan versi panjang dari prinsip-prinsip umum Program Parti Ouvrier.
Erfurt
Program Gotha dirasa perlu direvisi setelah legalisasi SPD di Jerman. Jerman sudah banyak berubah sejak Gotha dirumuskan. Ada industrialisasi yang masif; ada lembaga kesejahteraan negara yang besar dan sebagainya; dan Jerman mulai menjadi kekuatan imperial.
Lagi-lagi adalah Wilhelm Liebknecht yang menulis draf pertama Program Erfurt. Engels menulis kritik yang cukup tajam terhadapnya, menganggapnya sebagai langkah maju dari Gotha, tetapi tidak lebih dari itu. Kemudian ada diskusi di eksekutif SPD, dengan hasil bahwa Karl Kautsky menyusun bagian pengantarnya.
Keseluruhan program masih cukup singkat, meskipun pengantarnya lebih panjang dari versi sebelumnya. Ini diikuti, seperti dalam Program Gotha dan Parti Ouvrier, dengan bagian politik dan bagian ekonomi/sosial.
Engels mengkritik draf pertama Liebknecht, antara lain karena gagal menuntut republik meskipun ia mengakui: “Tampaknya dari sudut pandang hukum, tidak disarankan untuk memasukkan tuntutan untuk republik secara langsung dalam program.” Dia menyarankan “konsentrasi semua kekuatan politik di tangan perwakilan rakyat” dan “Swa-pemerintahan sepenuhnya di provinsi, distrik, dan komune melalui pejabat yang dipilih oleh pemilihan universal. Penghapusan semua otoritas lokal dan provinsi yang ditunjuk oleh negara.” Versi finalnya menggunakan versi formula kedua: “Penentuan nasib sendiri dan swa-pemerintahan rakyat di Reich, negara bagian, provinsi, dan kota madya. Pemilihan hakim oleh rakyat, yang bertanggung jawab kepada mereka.”
Hanya untuk kelengkapan, kita bisa melihat sekitar tiga halaman program Partai Buruh dan Sosial Demokrat Rusia yang diadopsi pada tahun 1903. Bagian penjelasannya sedikit lebih panjang dari Erfurt, tetapi tuntutan spesifiknya lebih banyak. Lagi-lagi, tuntutan itu dibagi menjadi politik dan ekonomi. Yang terakhir karakternya sangat berbeda karena situasi yang berbeda dari Tsar Rusia, di mana hal itu lebih panjang dan rinci.
IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.
Karakter dasar
Apa yang bisa ditarik dari sejarah ini? Untuk memulainya, seluruh gagasan bahwa Internasional Kedua adalah gerakan “seluruh kelas” cukup keliru. Internasional Pertama memang dianggap sebagai gerakan seluruh kelas, yang kemudian mengembangkan politiknya melalui diskusi. Tetapi Internasional Kedua dan partai-partainya adalah partai-partai politik yang didirikan berdasarkan platform politik tertentu.
Dan platform politik tertentu ini, pertama, mengecualikan kaum anarkis dengan bersikeras pada tindakan politik kelas pekerja. Dan, kedua, ketika para pengikut Lassalle menyetujui Program Gotha (bertentangan dengan apa yang dikatakan Marx dalam Kritik), mereka putus dengan monarkisme buruh dari Lassalle dan Schweitzer serta sentralisme “kediktatoran buruh” mereka dalam organisasi partai, dan mengadopsi gagasan bahwa proletariat memiliki kepentingan dalam demokrasi politik, yang merupakan garis Piagam, Manifesto Komunis dan Program Eisenach. Jadi, sebenarnya, terlepas dari penjelasan teoretis Liebknecht yang kacau, adalah para pengikut Lassalle yang paling banyak mengalah dalam penyatuan Gotha.
Karenanya, program ini membentuk konsepsi politik tertentu. Kelas pekerja harus mengambil kendali atas alat-alat produksi dan mereka dapat melakukannya hanya dengan mengambil kekuasaan politik. Untuk mengambil kekuasaan politik diperlukan demokrasi politik. Dari sana mengalir seperangkat tuntutan politik bersama. Melekat pada ide dasar itu adalah seperangkat tuntutan ekonomi dan sosial saat ini dari satu jenis dan lainnya. Ini adalah konsepsi partai dan konsepsi program yang akhirnya berasal dari Piagam.
Hasilnya menjadi jauh lebih kompleks; dan memang program partai jenis ini cenderung bertahan lebih lama. Hal itu sebagiannya disebabkan hanya karena program itu merupakan produk dari pengalaman politik: ketika kelas pekerja bertarung dalam pemilihan umum, dan terlebih lagi ketika mereka diwakili dalam parlemen, perwakilan dan partai-partai pekerja dipaksa untuk mengambil posisi dalam perdebatan kebijakan saat ini.
Tetapi konsepsi sangat mendasarnya adalah program untuk kekuasaan politik: bahwa kelas pekerja membutuhkan demokrasi politik sebagai sarana emansipasinya sendiri, di jalan menuju emansipasi semua manusia tanpa memperhatikan jenis kelamin atau ras; bahwa kelas pekerja bertujuan mengambil alih kekuasaan untuk melampaui dirinya sendiri; bahwa ia harus mengambil kendali kolektif atas alat-alat produksi.
Gagasan dasar ini ternyata menjadi mesin bagi penciptaan partai-partai massa sosialis yang besar dan bahkan sentimen massa sosialis yang lebih luas. Dan adalah keberadaan partai-partai massa sosialis itu serta sentimen massa sosialis di sebagian besar Eropa yang memungkinkan persoalan kelas pekerja yang secara aktual mengambil alih kekuasaan diajukan pada 1916-18.
Tanpa organisasi politik kelas pekerja dan persatuan efektif untuk proyek ini, tanpa kelas yang menjadi sadar akan kekuatannya sendiri dan karenanya kemungkinan untuk mengambil alih kekuasaan, persoalan tentang pengambilalihan kekuasaan secara aktual tidak dapat diajukan.
Konsepsi program dan partai yang sangat mendasar ini–yang berasal dari Piagam, melalui Tuntutan 1848, Program Eisenach, Program Gotha, Program Parti Ouvrier Prancis, Program Erfurt, dan tiruan-tiruannya di seluruh Eropa–adalah, saya pikir, pelajaran yang perlu diperhatikan secara serius oleh kalangan kiri saat ini.
“Programme: Lessons of Erfurt” dipublikasikan pertama kali oleh Weekly Worker pada September 2013. Diterjemahkan oleh Mohamad Zaki Hussein dan diberi pengantar oleh Muhammad Ridha.