1. Beranda
  2. /
  3. 2014
  4. /
  5. Page 29

2014

Dua Belas Puisi

/1/ /puisi malam/ Seorang kekasih tidur dengan mata terbuka, Tangan terluka. “Kenapa?” tanya lelaki yang kebetulan lewat di depan kamar kosnya. “Entah,” igau kekasih itu.

Edisi XVIII/2014

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya sudah melakukan abstraksi secara spontan. Sedari anak-anak, kita sudah belajar melakukan abstraksi. Bilangan 2, misalnya adalah abstraksi dari pola kuantitas bermacam hal yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti dua batu, dua kursi, dua daun, dan seterusnya. Untuk mendapatkan konsep dua, pikiran kita mengesampingkan benda-benda material dimana pola kuantitas itu melekat, sehingga didapatkan suatu konsep kuantitas murni tertentu yang kemudian kita beri nama ‘dua’ atau lambang bilangan Hindu-Arab ‘2.’ Tentu saja proses pemahaman atas bilangan 2 tidak sesederhana di atas. Ada juga misalnya proses komparasi dengan pola kuantitas lain yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti 1, 3, 4, dan seterusnya, yang berjalan dalam pikiran kita, sehingga kita mendapatkan sense of position dari bilangan 2 dalam urutan bilangan yang ada. Tapi, ada proses abstraksi di situ. Dan tanpa kita sadari, kita sudah melakukan hal ini sejak kanak-kanak.

Kekuatan Teori Nilai Kerja Marx

Tentu tidak cukup menjawab persoalan kebenaran marxisme hanya dengan pernyataan jargonistik saja. Karena, dengan berhenti pada jargon-jargon itulah marxisme menjadi sebatas mitos dan kehilangan keilmiahan serta daya emansipatorisnya. Dalam konteks inilah buku Martin Suryajaya berjudul Asal Usul Kekayaan: Sejarah Teori Nilai dalam Ilmu Ekonomi Dari Aristoteles Sampai Amartya Sen menjadi penting. Buku ini secara garis besar menjelaskan fenomena kapitalisme yang berkaitan erat dengan persoalan nilai, yaitu bagaimana melandasi keseukuran sebuah komoditas agar bisa dipertukarkan dengan komoditas yang lain. Karena kapitalisme pada dasarnya adalah akumulasi keuntungan melalui komoditas yang diciptakan, maka nilai adalah prasyarat bagi relasi ekonomi tersebut, atau dengan kata lain menjadi batu fondasi dari kapitalisme itu sendiri. Dengan analisisnya, Martin membuktikan bahwa dari berbagai macam teori nilai yang ada, teori nilai Marx lah yang paling eksplanatoris dalam menjelaskan persoalan nilai, dan dengan demikian, kapitalisme itu sendiri. Maka, alih-alih menjadi teori yang usang, marxisme adalah teori yang paling mumpuni dalam menjelaskan fenomena ekonomi yang saat ini terjadi.

Fahmi Panimbang: Kebutuhan Saat Ini Adalah Memperkuat Pengorganisasian Sosial

Peneliti Asia Monitor Resource Center (AMRC), Hong Kong, Fahmi Panimbang adalah salah seorang figur yang berkutat pada pemeriksaan gagasan ini di ranah empirik. Bagi Fahmi, globalisasi neoliberal yang merupakan bentuk umum dari kapitalisme terkini mempunyai impliksi luas bagi gagasan intrumentalisme negara oleh kapital. Hal ini tentu saja berimplikasi pada bagaimana kelas-kelas sosial diorganisasikan dan mengorganisasikan dalam hubungannya antara negara-kapital itu sendiri, yang membuat kita harus memikirkan kembali bagaimana pengorganisaian sosial yang berkontradiksi dengan kapital itu sendiri. Dalam memahami problem ini, Left Book Review (LBR) melakukan perbincangan dengan Fahmi.

Jurnal Indoprogress I/ Januari 2014

SEJAK Peristiwa G30S 1965, gerakan dan pemikiran politik Kiri, khususnya Marxisme, secara politik, budaya, dan hukum dinyatakan terlarang. Walaupun menyisakan kalimat bahwa “kecuali untuk kegiatan

Kebudayaan Kita

TIM dan DKJ adalah salah satu bukti paling jelas bahwa humanisme universal telah menjadi semangat seni arus utama. Dengan memberi tempat pada humanisme universal, sesungguhnya Orde Baru melakukan sensor secara halus dan tanpa biaya tinggi. Untuk apa menyensor seni yang apolitis—seni yang peduli setan dengan politik?

Edisi LKIP13

Tak terasa, sudah satu tahun laman kebudayaan yang terlalu pede sehingga merasa dirinya begitu dicintai sidang pembaca ini hadir di hadapan Anda. Seperti juga ulang tahun yang datang setiap tahun, perayaan tahun baru pun lama-lama terasa hambar; menjadi pengulangan yang tak berarti. Sebaik-baiknya perayaan adalah perayaan atas hasil kerja. Dan untuk yang terakhir ini, LKIP belum bisa berbesar hati. Menyitir Chairil Anwar, ‘kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan apa-apa.’

Sebuah Perempatan Pukul Lima Petang

Orang berseliweran. Bergegas. Mengejar jalanan, menghindari aksi diam bumi; membiarkan macet terjadi di mana-mana. Bergegas menjemput payung di rumah agar bisa kehujanan uang di hujan kali ini. Bergegas mengejar kereta petang, semoga bisa bebas dari berjejal-jejal tubuh penuh keringat. Bergegas menyilih macet, bergegas mengejar kopi panas, bergegas mengejar…. Begitu banyak orang bergegas-gegasan di trotoar, di seperempat badan jalan. Angin setubuhi awan, jatuhlah hujan. Berlomba-lomba mereka lari ke bumi menciumi aspal. Orang-orang mulai berlari, payung-payung mengembang, jalanan mulai penuh, halte pun sumpek.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.