HALO Tuan SBY,
Sebelumnya, maaf, saya tidak menyebut Anda sebagai Presiden. Jujur, karena dalam lima tahun terakhir ini, saya melihat negara kita berjalan layaknya tanpa kepemimpinan seorang Presiden. Negara autopilot, kata sinisme yang beredar luas.
Namun Tuan SBY, sebentar lagi posisi Anda sebagai presiden akan berakhir. Kali ini, saya berharap tunjukanlah bahwa memang benar Anda adalah seorang Presiden. Presiden yang sesungguhnya, yakni seorang pemimpin bagi seluruh rakyatnya, seorang yang bisa memberi panduan ke mana kemudi bangsa ini diarahkan melalui visi dan kebijakan yang tepat. Waktu Anda tinggal setipis kulit bawang, jadi manfaatkanlah itu untuk mewariskan sesuatu yang bisa dikenang melebihi usia hidup Anda kelak.
Tuan SBY, kita kita sedang memasuki tahap akhir pergantian calon kepemimpinan nasional. Calon yang akan menggantikan posisi Anda Tuan, sebagai presiden kami yang baru. Anda tahu Tuan, di detik-detik terakhir ini, situasi politik terasa semakin mengkhawatirkan. Entah kenapa perhelatan politik periodik ini, jadi begitu menegangkan, dipenuhi dengan ancaman dan teror. Kita seperti baru pertama kali melaksanakan pemilu presiden langsung. Rakyat dibuat takut, disebarkan desas-desus bahwa akan terjadi bentrokan massal berdarah-darah di antara massa kedua calon pendukung kandidat presiden ini.
Tuan SBY, saya tidak ingin bertanya kenapa desas-desus murahan ini Anda yakini kebenarannya. Tentu potensi benturan bukan tak mungkin terjadi, tetapi menyiagakan dan menyiapkan pasukan keamanan dengan kondisi siap perang, sungguh sebuah kebijakan yang paranoid, berlebihan. Seolah-olah massa pendukung kedua capres ini memiliki kemampuan dan keahlian tempur layaknya pasukan terlatih. Seolah-olah rakyat Indonesia ini adalah rakyat yang hidup dalam kondisi darurat perang, seperti saudara-saudara kita di Palestina. Yang setiap hari harus bersiaga dengan senjata mesin, ketapel, atau bom di tangannya.
Tuan SBY, jujur saya katakan, sikap Anda ini seperti menghina kedewasaan dan kebajikan berpolitik rakyat Indonesia. Anda seperti menutup mata bahwa selama pemilu bebas dilangsungkan di masa reformasi ini, rakyat pemilih, yang memiliki preferensi politik yang berbeda-beda, tidak pernah bentrok berdarah-darah walaupun kandidatnya kalah. Saya tidak pernah mendengar bahwa ketika Anda memenangkan kontestasi pemilu pada 2004 dan 2009, masa pendukung capres lain tiba-tiba menyerang massa pendukung Anda secara membabi-buta dan penuh kekerasan. Tidak pernah Tuan. Atau Anda mungkin akhirnya sadar, bahwa ketidakmampuan Anda menjadi presiden selama ini, telah menyebabkan ketakutan tersendiri pada diri Anda, takut pada imajinasi Anda sendiri bahwa rakyat pasti akan bentrok karena calonnya kalah dalam pemilu ini.
Tuan SBY, membiarkan desas-desus bahwa akan terjadi bentrokan massal dan berdarah-darah di antara massa kedua kandidat, dan tindakan pengerahan pasukan dalam skala besar, sama sekali tidak membuat rakyat tenang. Tuan keliru, jika menganggap kebijakan yang Tuan ambil ini akan membuat rakyat tenang dan merasa negara menjamin rasa amannya. Tidak Tuan. Kebijakan Tuan ini malah membuat rakyat merasa terteror, tidak aman, saling tidak percaya satu sama lain, hingga takut keluar rumah untuk menyaksikan siapa di antara kedua kandidat ini keluar sebagai pemenang. Pengumuman siapa pemenang pilpres pada 22 Juli, kini ibarat menunggu meletusnya sebuah perang saudara, bayangan akan huru-hara dan kerusuhan massal.
Tuan SBY, tindakan Tuan yang paranoid ini telah menyebabkan lenyapnya POLITIK KEGEMBIRAAN dalam pesta demokrasi yang sedang kita semua nikmati. Tindakan Tuan ini telah menggantinya menjadi POLITIK KETAKUTAN, POLITIK TEROR.
Tuan SBY, waktu Anda di pucuk sana tinggal sebentar. Sebelum saya mengucapkan Sayonara, jadilah Anda sebagai seorang PRESIDEN yang sesungguhnya, walau hanya sebentar. Umumkanlah kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa Tuan menjamin keamanan dan keselamatan jiwa mereka pada momen pengumuman pemenang Pilpres pada 22 Juli nanti. Katakan kepada mereka, silahkan ke luar rumah, jangan takut merayakan kemenangan dari kandidat yang Anda pilih, karena saya menjamin keamanan dan keselamatan jiwa kalian semua. Serukanlah kepada rakyat pendukung kandidat yang kalah, untuk legowo menerima kekalahan ini dan menyelamati kita semua. Ini bukan perang, ini adalah kontestasi sesama anak bangsa setiap lima tahun sekali. Katakan kepada mereka, ‘Hari ini kalian kalah, lima tahun lagi boleh jadi kalian yang muncul sebagai pemenang.’ Jadi, tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang, karena pemenang sesungguhnya adalah rakyat Indonesia, bangsa Indonesia, kita semuanya.
Tuan SBY, jika Anda melakukan ini, maka inilah warisan Anda yang akan selalu dikenang oleh seluruh rakyat Indonesia, tertulis dalam buku sejarah bangsa, terus hidup melampaui usia hidup Anda.
Dan dengan begitu, saya tak ragu untuk mengatakan: Sayonara, Presiden SBY.***