Dari Figur ke Program

Print Friendly, PDF & Email

TANGGAL 9 Juli lalu, adalah salah satu momen politik paling menggairahkan buat saya. Hidup jauh dari tanah air, tapi hati dan pikiran saya begitu dekat dengannya. Momen pencoblosan itu adalah yang kedua kalinya dalam hidup saya, setelah pemilihan umum tahun 1999. Dan seperti pemilu 1999, kegairahan politik saya dalam pilpres 2014 ini sama tingginya.

Saking bergairahnya, saya ikut geram dengan maraknya kampanye fitnah yang dilakukan oleh kubu Prabowo-Hatta terhadap Jokowi. Kampanye fitnah itu adalah bukti betapa berbahayanya Prabowo jika ia berkuasa. Baru kampanye saja, yang sejatinya untuk menarik simpati pemilih, ia bisa melakukan segala hal yang buruk, bagaimana jika ia berkuasa kelak? Belum lagi punya kekuasaan riil, ia telah berani membunuh karakter kompetitor politiknya. Bagaimana jika ia menjadi presiden yang memiliki kekuasaan penuh atas angkatan bersenjata, kepolisian, kejaksaan, dan menyatakan perang?

Tetapi 9 Juli sudah menentukan siapa presiden pilihan rakyat, yakni pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Memang kata akhir ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang baru akan ditetapkan pada 22 Juli ini. Walaupun saya percaya bahwa hanya kegilaan yang bisa membatalkan kemenangan pasangan capres nomor 2, namun dalam rentang waktu 13 hari, setiap kemungkinan bisa saja terjadi.

Dalam semangat menyambut presiden baru nanti, maka saya setuju dengan perkataan capres pemenang Joko Widodo bahwa ‘perjuangan belum berakhir, bahkan baru dimulai.’ Memenangkan presiden adalah satu hal, mengawal jalannya pemerintahan baru adalah hal lain. Dalam pilpres, kita mendukung dan memilih figur, sosok, person. Ketika memerintah dukungan terhadap figur harus bertransformasi menjadi dukungan terhadap program. Figur pemimpin penting, tapi program apa yang akan dilaksanakan dan bagaimana itu dilaksanakan jauh lebih penting. Masa kekuasaan sang figur dibatasi lima tahun sekali, tetapi dampak dari program yang dijalankannya berumur lebih dari lima tahun.

Oleh karena itu, mulai sekarang kita mesti memastikan bahwa ‘Presiden Jokowi’ akan bersetia untuk merealisasikan program-program yang telah dijanjikan dan ditanda-tanganinya selama masa kampanye ini. Kita mesti memastikan bahwa janji untuk menjamin kualitas pendidikan dan kesehatan baik dan gratis bagi rakyat miskin terpenuhi; janji untuk memberantas korupsi tidak dikangkangi; janji untuk peningkatan kesejahteraan buruh, petani, dan nelayan; janji untuk menegakkan hukum tanpa pandang bulu; janji pembelaan dan perlindungan terhadap kebebasan beragama bagi kaum minoritas; janji untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu; janji untuk melindungi dan memanfaatkan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat; dan janji untuk memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Palestina dan seterusnya, tidak ditelikung di tengah jalan.

Tentu kita sadar bahwa realisasi atas janji-janji yang mendasar ini tidaklah mudah. Karena itu, secara politik tidak benar jika kita menyerahkan sepenuhnya perbaikan nasib hidup kita kepada Jokowi dan kabinetnya semata. Berharap bulat bahwa pemimpin akan memberikan kesejahteraan pada kita, sudah ‘salah sejak dalam pikiran.’ Karena Jokowi adalah Kita, maka Kita juga mesti proaktif dan partisipatif merealisasikan program-program itu. Kita tidak bisa hanya sekadar mengawasi dan menuntut agar pemerintahan baru nanti harus sungguh-sungguh merealisasikan janji-janjinya, tapi lebih penting lagi adalah menuntut pemerintahan baru nanti agar membuka ruang partisipasi rakyat yang seluas-luasnya bagi pengambilan kebijakan dan realisasi dari kebijakan itu.

Demikianlah, mari sambut kehadiran Presiden Rakyat ini dengan mempertahankan wadah-wadah sukarelawan yang ada, mendiskusikan program-program pemerintahan baru di dalam wadah-wadah tersebut, dan tetap membangun komunikasi dan solidaritas di antara relawan yang sudah berlangsung selama ini. Hanya dengan metode inilah baru kita bisa mengawasi jalannya pemerintahan secara efektif, sekaligus berpartisipasi aktif dalam realisasi program-program pemerintahan baru nanti tanpa kehilangan independensinya. Inilah kebaruan yang kita inginkan.***

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.