…
kami buruh
bukan mental budak
pemikiran dan tenaga kami
mampu menciptakan
memproduksi beribu-ribu pakaian
beribu-ribu sepatu
beribu-ribu arloji
kami adalah Marsinah
Marsinah
…
Begitulah penggalan sajak yang dideklamasikan Lami, buruh perempuan di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung Jakarta Utara.
8 Mei 1993, seorang buruh pabrik PT. Catur Putera Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo, bernama Marsinah ditemukan tewas mengenaskan di hutan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur. Sebelumnya, Marsinah berada di garda depan aksi-aksi buruh PT. CPS dalam memperjuangkan keadilan, diantaranya menuntut kelayakan upah minimum regional, upah lembur dan cuti hamil bagi buruh perempuan. Marsinah pun menjadi martir sekaligus simbol dari penindasan berlapis—eksploitasi tenaga kerja, kekerasan militer, pelanggaran HAM, dan kejahatan patriarki—yang terjadi di masa Orde Baru.
Marsinah adalah sosok yang membawa makna keberanian dan semangat juang rakyat melawan penindasan lintas sektor. Obor Marsinah (Koalisi Bersama Politik Kerakyatan untuk Marsinah), hadir untuk terus mengingat dan memaknai perjuangan dan pengorbanan Marsinah. Diprakarsai oleh Politik Rakyat, Perempuan Mahardhika, Federasi Buruh Lintas Pabrik, Radio Komunitas Buruh Perempuan MARSINAH FM, dan Komite Persiapan Federasi Mahasiswa Kerakyatan, Obor Marsinah adalah sebuah ikhtiar merentangkan ruang solidaritas perjuangan rakyat pekerja dalam menuntut kenaikan upah dan kesejahteraan, menghadapi pengusaha rakus, menghadapi militer yang berpolitik, membebaskan ruang ekspresi, melawan penangkapan dan penahanan semena-mena.
Masih tersimpan banyak makna dari perjuangan Marsinah bagi pergerakan rakyat yang hingga kini terus memperjuangkan kesejahteraan dan demokrasi di Indonesia. Obor Marsinah mengajak berbagai elemen pergerakan rakyat untuk menjadikan perjuangan Marsinah sebagai obor perjuangan.
Salam Solidaritas,
IndoPROGRESS TV