Jurnal Indoprogress I/ September 2011
Pada edisi pertama ini, kami mengangkat tempa “Agama dan Negara Jejak Persilangan Kekerasan.” Dalam edisi perdana yang disunting dari artikel-artikel versi online ini, dibagi ke dalam tiga rubrik: pertama, rubrik Analisis yang coba memotret sejarah dan pasang-surut hubungan antara Islam politik dan Negara di Indonesia.
Di sini kami coba mengintrodusir pendekatan ekonomi politik dalam membaca hubungan itu; kedua, rubrik persilangan kekerasan yang melihat kasus-kasus kekerasan sektarian yang difasilitasi negara; dan ketiga, rubrik liputan khusus yang menampilkan reportase lapangan tentang aksi kekerasan yang terjadi.
Bagaimana sebaiknya kita membaca kasus kekerasan sektarian, khususnya yang mengatasnamakan Islam, yang sangat menonjol saat ini? Meminjam kategorisasi dari filsuf Slavoj Zizek,2 jenis kekerasan yang terjadi mulai dari kekerasan langsung/fisik (aksi bom bunuh diri, penyerangan, pengusiran, pembunuhan, perampokan dan perampasan harta milik kelompok yang berbeda penafsiran dari penafsiran umum dalam aspek-aspek tertentu ajaran Islam dan terhadap mereka yang bukan Islam), hingga kekerasan ideologis (rasisme, penghinaan, dan diskriminasi seksual) terhadap nilai-nilai yang dipandang tidak Islami.
Yang menarik, dari seluruh parade kekerasan sektarian ini, negara bertindak tegas hanya dalam kasus teror bom.3 Selain itu, negara melakukan pembiaran terhadap terjadinya tindak kekerasan yang merenggut korban jiwa tersebut.