Mixtape Boikot Bela Negara

Print Friendly, PDF & Email

DENGAR MIXTAPE!

INI MIXTAPE YANG TIDAK PENTING, karena hari ini seseorang tak harus mendengarkan banyak lagu atau membaca banyak teori politik untuk sekadar tahu bahwa program Bela Negara itu omong kosong. Mereka yang pernah mencicipi penataran P4 zaman Soeharto dulu akan paham bagaimana nasionalisme dipakai untuk melanggengkan rezim yang berlumuran darah dan korupsi. Nasionalisme dan Patriotisme yang kental dengan militerisme pada akhirnya hanya merupakan doktrin kepatuhan bagi warga negara yang dikondisikan untuk memiliki watak dan nalar mirip militer. Atau setidaknya inisiasi cuci otak berbungkus jargon “cinta tanah air” dan “bakti terhadap nusa bangsa” itu mencoba untuk menyeragamkan pemikiran dan cara pandang politik yang monolitik sehingga negara pun “stabil” dan “berintegritas” ala tentara. Sulit untuk tidak menyebut ini bukan bibit fasisme. Lihatlah komentar Menteri Pertahanan yang menyuruh supaya mereka yang enggan terlibat dalam program ini angkat kaki dari Indonesia. Kurang “Orba” apa lagi?

Ide bela negara, wajib militer, atau istilah lainnya yang sejenis bukan hal baru dan bukan monopoli negara ini. Begitu pula penolakan dan perlawanannya, yang bertaburan di seantero planet di manapun negara, lewat militerisme, menjadi monster yang mengerikan. Kita bisa menengok manifestasinya di ranah budaya populer. Dari R&B, metal, punk hingga hiphop, musik merupakan media paling cocok untuk mengekspresikan penolakan kolosal tersebut, selain tentunya menjadi soundtrack nan ajaib untuk tetap menjaga kewarasan akibat penyeragaman massal ala militer bagi generasi ini. Inilah daftar singkat dan acak dari sekian banyak lagu dengan tema besar tersebut.

 

PS: Lebih banyak lagi perihal penolakan Bela Negara bisa dicari di internet. Bisa dimulai dari sini.


DENGAR MIXTAPE!

Daftar Putar:

01. Public Enemy – “Black Steel in The Hour of Chaos”
Terinspirasi oleh pembangkangan Muhammad Ali, sang petinju legendaris, ketika menolak wamil, Chuck D dkk menulis salah satu lagu penolakan total terbaik terhadap chauvinisme dalam sejarah musik populer. Tentunya cukup dengan mengutip 4 bar pertama rima ini; “I got a letter from the government/ the other day, I opened and read it, it said they were suckers/ they wanted me for their army or whatever/ picture me given’ a damn – I said never.” Di ambil dari album Public Enemy terbuas dalam diskografi mereka, It Takes A Nation of Millions to Hold Us Back.

02. Propagandhi – “Stick The Fucking Flag Up Your Goddam Ass, You Sonofabitch”
Sulit untuk memilih satu lagu dari diskografi Propagandhi, karena mereka memang salah satu band punk yang paling konsisten dalam menentang tirani negara dan korporasi di belakangnya. Saya pilih ini selain karena berasal dari album debut dan terbaik mereka, juga karena tak ada yang lebih jelas lagi perihal negara dan “panggilannya” ketika mengutip lirik mereka. Lagu ini bercerita tentang debat imajiner seorang punk dengan ayahnya perihal perang, dan di tengah debat ketika sang ayah berujar “Well that’s the sound of freedom, son.” Sang anak menimpali, “But wait a minute, dad, did you actually say freedom?/ Well, if you’re dumb enough to vote, you’re fuckin dumb enough to believe him. Cuz if this country is so goddam free, then I can burn your fucking flag wherever I damn well please.” Punk klasik.

03. Fear Factory – “Securitron (Police State 2000)”
Tiga album pertama Fear Factory adalah soundtrack metal paling tepat untuk mengilustrasikan kondisi di dalam total kontrol absolutisme bernama negara. Paranoia mereka terhadap absolutisme selalu menjadi tema sentral dan lagu ini adalah yang paling tepat mewakilinya. “Watchful and aware, contrain every movement/ admit the consequences, freedom’s an illusion/ where is security governed through scrutiny?/ your privacy denied, organized and confined!/ conformed design to concede your rights/ surrender to authority.”

04. Company Flow – “Patriotism”
Company Flow selalu sukses menggabungkan isu politik dengan estetika braggadocio dalam rap. Ini salah satu lagu kebangsaan mereka. Dengan bermain analogi super sarkastik, mereka ngerap seolah mereka adalah negara yang di belakangnya berdiri korporasi dan jejaring kompleks segelintir elit yang memegang kemudi, “Indelible NATO force hidden agenda, puppet governments/ I’m lovin it! Keep the people guessin who I’m runnin with/ control the population and hide behind sacred covenants.” Di akhir lagu, El-P, sang MC, memberi komando wamil; “Treason will not be tolerated! You have been enlisted.” Rap braggadocio paling politis dalam sejarah.

05. Rage Against The Machine – “Bulls on Parade”
Tentunya lagu perihal parade massal para fasis bertamengkan “kebangsaan” ini tak perlu lagi dijelaskan, karena lagu ini super populer pada zaman mereka lebih populer dari Wiji Thukul. Ketika anggaran militer merupakan politik tersendiri, “Weapons not food, not homes, not shoes/ not need, just feed the war cannibal animal,” lalu ketidaktahuan massa membuat fasisme bergerak dari benih menjadi kekuatan besar; “What we don’t know keeps tha contracts alive an movin.”

06. No Doubt – “Snakes”
Sebelum kombinasi ska punk, reggae, dan dancehall mereka meledak di 95, sebelum Eric Stefani cabut dan “Dont Speak” menjadi lagu cover wajib di panggung Agustusan dulu, No Doubt pernah menulis lagu tentang bagaimana seseorang dililit panggilan ular dan berperang dalam perang yang bukan untuk kepentingan mereka; “Hidden in the many trenches of a hopeless war, those who were sold out by a corporate board, pawns in someone’s gameplay.”

07. Dead Prez – “Police State”
What is the State? The State is this organized bureaucracy, it is the police department. It is the Army, the Navy, it is the prison system, the courts, and what have you” dengan intro pidato Omali Yeshitela (pendiri Uhuru Movement) yang demikian jelas, Dead Prez menjadi antitesis hiphop bling-bling yang menyeruak pasca empat album pertama Jay-Z menjadi cetak biru bagi arus utama hiphop sedunia. Dengan musik yang catchy dan nyaris poppy, lirik mereka secara kontras justru menghadirkan apa yang hilang pasca PE meredup; eksploitasi kelas pekerja kulit hitam dan kontradiksi antara warga dan negara sebagai perpanjangan tangan korporasi (“corporations hirin blacks/ denyin the facts, exploitin us all over the map”), dan perjuangan akar rumput di ghetto-ghetto (“We do for self like ants in a colony/ organize the wealth into a socialist economy/ a way of life based off the common need“).

08. Muse – “Uprising”
Mereka yang menyimak Muse tentu tak terkejut dengan tema-tema emansipasi politik yang sublim pada lagu-lagu mereka, termasuk penolakan terhadap penyeragaman dan kontrol institusi. Album Resistence mungkin salah satu album terburuk mereka, namun lagu “Resistence” merupakan salah satu yang terbaik yang pernah mereka tulis. “Paranoia is in bloom, the PR transmissions will resume/ they’ll try to push drugs that keep us all dumbed down/ and hope that we will never see the truth around/ they will not force us/ they will not control us.” Dalam satu kesempatan, Bellamy, sang vokalis dan frontman, berujar “It’s not that we’re a political band, but I think it’s impossible to avoid those things.”

09. Nina Simone – “The Backlash Blues”
You raise my taxes, freeze my wages and send my son to Vietnam“. Ganti “Vietnam” dengan “Aceh” atau “Papua”. You got Fixed Price NKRI.

10. Napalm Death – “I Abstain”
Ini garda metal yang konsisten menulis kekelaman dunia di bawah otoritarianisme dan nomor ini salah satu lagu terbaik mereka. “Tears only for the flag, always the brave patriot/ as you slip to second class, but you stand steady fast?/ people are not subjects, why should the few get more respect?/ open your eyes, imperialism feeds off you not patrons.”

11. Manic Street Preachers – “If You Tolerate This Your Children Will Be Next”
Judul ini diambil dari slogan gerakan massa melawan fasisme pada era Perang Sipil Spanyol, tepatnya ketika Prancis membiarkan Spanyol dikalahkan pasukan fasis Franco—lalu tak lama kemudian Prancis sendiri dijajah fasis Jerman di bawah Hitler. Manic Street Preachers menulis sebuah lagu peringatan yang super catchy, lengkap dengan slogan para antifasis kala itu “So if I can shoot rabbits then I can shoot fascists.” Ketika video ormas fasis di Inggris, English Defence League, beredar dengan menggunakan lagu ini untuk kampanye anti-Islam mereka, Manic Street Preachers murka dan meminta video tersebut dicopot dari Youtube.

12. Anti-Flag – “A New Kind of Army”
Cukup membaca lirik lagu ini, seseorang akan memahami mengapa panggilan bela negara ala perang modern harus ditolak beramai-ramai; “on history, nothing much has changed/ thousands of soldiers of all countries, all marching the same/ every nation’s leader says that our side is right/ every nation’s leader says the time has come to fight/ but they use the common people to settle their scores/ it’s time that we refuse to fight in any of their wars/ join now, the ranks of all nations who refuse to go to war/ refuse to pull the trigger of a gun for leaders ’round the world/ I’d rather fight to spread some tolerance & unity/ than buy into their nationalistic brainwashing.”

13. Bad Religion – “Let Them Eat War”
Tak sulit memilih lagu antiperang dan antipatriotisme dari Bad Religion. Mereka selalu memasukkan aspek ekopol perang ke dalam lagu-lagu mereka, lagu ini contohnya; “The war economy is making new jobs/ but the people who benefit most/ are breaking bread with their benevolent hosts.” Mereka mengundang rapper Sage Francis yang menambahkan poin penting tentang perang dan kemiskinan; “Let them bleed from their necks/ seize a few dollars from the people who sweat/ cause it’s freedom or death and they won’t question it/ at a job site the boss is god like.”

14. Black Sabbath – “War Pigs”
Generals gathered in their masses/ just like witches at black masses/ evil minds that plot destruction/ sorcerers of death’s construction

Yang di kanan panggung!!

Politicians hide themselves away/ they only started the war/ why should they go out to fight?/ They leave that role to the poor

Semuaah!!

15. John Lennon – “Imagine”
Perlu ada keterangan?

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.