Catastrophe – Elegi Untuk Pramudya Ananta Toer

Print Friendly, PDF & Email
[soundcloud url=”http://api.soundcloud.com/tracks/103748191″ params=”” width=” 100%” height=”166″ iframe=”true” /]

 

Lagu ini adalah salah satu dari 9 komposisi dalam CD Poetry Music yang disertakan pada Antologi Puisi Amien Kamil “Catastrophe” yang akan launching akhir September. https://soundcloud.com/amien-kamil/catastrophe-elegi-untuk

Vocal: Mike Marjinal
Poetry & Vocal: Amien Kamil
Electric Guitar & Bass: Bob Marjinal
Drum: Boy
Cello: Jassin Burhan
Violin: Eko Partitur
Composition Music: Marjinal + Yoko Nomura
Recording: Nique’s Music Studio
Operator” Reren

 

Lirik:

1.
Hari itu, udara bagaikan tungku.
Sementara berhala kekuasaan
telah lama menggantikan Tuhan.
Mesin jagal bak taring srigala,
siap mengerkah siapa yang beda warna
siap menggilas lagi yang lain ideologi.

“Ssstttt….. intrik berdengung, bersiul
nyaring di bawah meja, desas-desus
berhembus Dewan Jendral kudeta.”

Hukum rimba merasuki urat nadi
menjadi duri melanda negri,
adu domba kasta jadi prahara
Tanda silang di pintu korban
sungai berdarah hanyutkan dendam
Tiada asuransi apalagi puisi
kecuali kata sandi, penentu hidup dan mati
Lewat corong penindasan kabarkan berita:
“Mereka semua sudah dikuburkan,
tunggu kabar kematian berikutnya”

Laskar serdadu penindasan
berderak menunggangi kuda kematian
menyapu kota serta desa-desa.
Perkebunan tebu jadi ladang pembantaian
lumbung kematian dan beribu korban tertanam
tanpa ritus penguburan apalagi nisan
(Mayat menggunung sepanjang Oktober 65
awan hitam membumbung di angkasa,
Pancaroba sejarah,
menelan ribuan korban mati sia-sia.)

Hari itu, hati kita membatu
terbagi dalam kubu-kubu
serta keyakinan yang semu

Langit mendung mengurung Nusantara
pembantaian massal terjadi dimana-mana,
pribumi lugu tanpa dosa
diburu, dibuang ke Pulau Buru

2.
: “Tapol”
Cap itu dilekatkan pada kami,
menghitung hari terkurung sangkar besi
dikelilingi kawat berduri
Dari kesunyian yang panjang terentang,
dikucilkan tanpa pengadilan
suara dibungkam
kesaksian diperam dalam pikiran.

“Nyai, aku sekarang terkurung disini.
Semoga di fajar mendatang,
nurani mereka tak terkebiri lagi.
Prahara sejarah tak kan terulang
dan cukuplah sekali.
Cukup sekali!”

2010.

 

Amien Kamil, lahir di Jakarta 1963. Beliau sempat belajar di di Sinematografi Institut Kesenian Jakarta. Selain itu bergabung dengan Bengkel Teater Rendra dan terlibat dalam beberapa pementasan di kota-kota besar di Indonesia. Beliau aktif pentas di dalam mau pun di luar negeri. Kolaborasi dengan Brigitte Oleschinski, mengikuti “Berlin International Poetry Festival 2003” & “Poetry on The Road 2004” Pentas di Bremen and Hamburg dan di tahun 2005 mengikuti Festival Literatur International “Letras Del Mundo” di Tamaulipas-Tempico, Mexico. Buku puisinya yang telah terbit adalah “Tamsil Tubuh Terbelah” (2007). Saat ini sedang mempersiapkan buku dan CD musik puisi “Catastrophe”.

 

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.